Selasa, 15 November 2011

study akhlak tasawuf

AKHLAK ISLAMI DAN PEMBENTUKANNYA

Pengertian.
Secara sederhana, Akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak, berkedudukan sebagai sifat.
Akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, atas kemauan pelakunya sendiri, yang bersumber pada ajaran Islam. Akhlak Islami bersifat absoluth, mutlak, universal yang memerlukan penjabaran lebih lanjut melalui penalaran dan interpretasi akal manusia yang kemudian muncul apa yang dinamakan etika, moral, susila dan sebagainya.
Namun demikian, akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika, moral, suila, sopan santun dan sebagainya. Sebab etika hanya sebatas pada perilaku manusia yang bersifat lahiriyah dan berlaku sebatas pergaulan antar sesama manusia. Akhlak Islam mempunyai makna yang lebih luas, yang tidak hanya menyangkut perbuatan manusia secara lahiriyah, tetapi juga batiniyah.
Tolok ukur akhlak Islami mestilah merujuk kepada ketentuan Allah, yaitu mengacu pada Al-Qur’an dan al-Sunnah. Apa yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik pada esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin Allah menilai kebohongan sebagai kelakukan baik, karena kebohongan esensinya buruk. Di sisi lain Allah selalu memperagakan kebaikan, bahkan Dia (Allah) memiliki segala sifat yang terpuji. Surat Thaha ayat 8 :
ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ã&s! âä!$yJó™F{$# 4Óo_ó¡çtø:$# ÇÑÈ
“(Dialah) Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dia mempunyai sifat-sfat yang terpuji (al-Asma’ Al-Husna).
Induk Akhlak Islami.
Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak, dijumpai tentang akhlak yang secara garis besar dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu akhlak yang baik (al-akhlak al-karimah) dan akhlak yang buruk (al-akhlak al-madzmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah misalnya masuk ke dalam akhlak yang mulia. Sedangkan dzalim, berdusta, marah, pendendam, kikir dan curang termasuk ke dalam akhlak yang buruk.
Secara teoritis akhlak mahmudah dan madzmumah berinduk kepada tiga perbuatan utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira/kesatria) dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiganya muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam menggunakan potensi rohani yang terdapat dalam diri manusia, yaitu akal/pikiran yang berpusat di kepala, ghadhab, yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat, yang berpusat di perut. Akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah. Amarah yang digunakan secara adil, menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap adil dalam memperguanakan tiga potensi yang ada dalam diri manusia.
Sasaran Akhlak Islami
Akhlak dalam Islam tidak dapat disamakan dengan etika, moral, sopan santun dan sebagainya, yang hanya dibatasi antara sesama manusia dan berkaitan dengan sifat lahiriyah. Akhlak mempunyai makna lebih luas, yaitu mencakup beberap hal, berkaitan juga dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniyah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak kepada Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa).
Akhlak Islami (akhlak  yang baik dan akhlak yang buruk), berkisar pada akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan akhlak kepada makluk Allah, selain manusia :
A.    Akhlak baik kepada Allah.
Titik tolak akhlak terhadp Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji ; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikatnya.
Lebih lanjut apa yang disebut berakhlak kepada Allah diperinci sebagai berikut :
1.    Al-taubah, adalah sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukan dan berjanji tidak mengulangi lagi, serta diikuti dengan melakukan perbuatan baik. Dalam al-Qur’an diterangkan masalah taubat, antara lain dalam surat al-Taubah 75, an-Nisa’ 16-17, an-Nur 31, al-Tahrim 8 dan an-Nahl 119.
وَاللَّذَانِ يَأْتِيَانِهَا مِنْكُمْ فَآذُوهُمَا فَإِنْ تَابَا وَأَصْلَحَا فَأَعْرِضُوا عَنْهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ تَوَّابًا رَحِيمًا(16)إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(17)وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (18)
Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (an-Nisa’ 16)
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(an-Nisa’ 17)
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.(an-Nisa’ 18)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ .
2.    Al-Shabru, sabar adalah sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tidak berarti bahwa tanpa ada upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan, tetapi diawali dengan suatu ikhtiyar dan diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila ditimpa suatu cobaan dari Tuhan. Dalam al-Qur’an dijelaskan masalah sabar ini pada surat Ali ‘Imran 120, 125, 126, 200, Huud 11, 49, 116, al-Anfal 47, Luqman 18, al-Maarij 5.
bÎ) öNä3ó¡|¡øÿsC ×puZ|¡ym öNèd÷sÝ¡s? bÎ)ur öNä3ö7ÅÁè? ×pt¤ÍhŠy™ (#qãmtøÿtƒ $ygÎ/ ( bÎ)ur (#rçŽÉ9óÁs? (#qà)­Gs?ur Ÿw öNà2•ŽÛØtƒ öNèd߉ø‹x. $º«ø‹x© 3 ¨bÎ) ©!$# $yJÎ/ šcqè=yJ÷ètƒ ÔÝŠÏtèC ÇÊËÉÈ  

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Ali Imran 120)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(200)
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.(Ali Imran 200)

žwÎ) tûïÏ%©!$# (#rçŽy9|¹ (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# y7Í´¯»s9'ré& Oßgs9 ×otÏÿøó¨B ֍ô_r&ur ׎Î7Ÿ2 ÇÊÊÈ  
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (Huud ; 11)


3.    Al-Syukru, sikap yang ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. (al-Baqarah 52, 56, 152, 158, 172, 185, an-Nisa’ 146, Ali ‘Imran 123, 144, an-Nahl 114 dan al-‘Ankabut 18)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ(152)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku. (al-Baqarah 152)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ(172)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ(7) (Ibrahim 7)
4.    At-Tawakkal, adalah sikap menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. (Huud 56, 77, 123, al-‘Anfal 50, Yusuf 67, Ibrahim 12, al-Mulk 29).
إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ(56)
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(123)
5.    Al-Ikhlas, menjauhkan diri dari sifat riya’ (menunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan kebaikan. (al-Baqarah 94, 139, Yusuf 24, 54, 80, az-Zumar 2, 3, 11, 14, as-Shaffat 40, 74, 128, 160, al-Bayyinah 5).
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (Yusuf 24)
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ(2)أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ(3)
6.    Ar-Raja’, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang disenangi oleh Allah, setelah mengerjakan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan (harapan). (al-Baqarah 218, an-Nisa’ 103, al-Isra’ 28, 57, al-Kahfi 111, al-Ahzab 21, al-ankabut 5)
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ  (218)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
7.    Al-Khauf, takut bilamana sesuatu yang tidak disenangi Allah akan menimpa/ terjadi pada dirinya dan berupaya agar apa yang dikhawatirkan tidak terjadi. (al-Maidah 25, 31, 97, 111, al-‘An’am 15, 80, 81, al-A’raf 47, 55, 57, as-Sajadah 16, an-Nazi’at 40).

B.    Akhlak yang buruk kepada Tuhan :
1.    Takabbur, adalah sikap menyombongkan diri dan tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari nikmat-Nya. (al-A’raf 146, an-Nahl 23, 29, al-Mu’min 27, 35, az-Zumar 60, 72, al-Munafiqun 5)
2.    Musyrik, mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, bahwa ada sesuatu yang menyamai kekuasaan-Nya. (an_nahl 100, 120, al-Ankabut 8, 65, ar-Rum 31, 42, Luqman 13, Az-Zumar 65).
3.    Riddah (murtad), menginggalkan agama Islam untu menjadi kafir. (al-Baqarah 217, al-Maidah 54, Muhammad 25).
4.    Munafiq, sikap menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama. (at-Taubah 64, 67, 68, 73, 97, 101, al-Ahzab 1, 24, 48, al-Munafiqun 1,7)
5.    Riya’, sikap yang selalu menunjukkan perbuatan baik yang ia lakukan, untuk dipuji. (al-Baqarah 264, an-Nisa’ 38, al-Anfal 47).
6.    Boros, adalah sikap foya-foya (al-israf) melampau batas-batas ketentuan agama. Sifat boros merusak perekonomian, hubungan sosial dan diri sendiri. (an-Nisa’ 6, al-An’am 141, al-Syu’ara’ 151, al-Mu’min 28, 34, az-Zumar 53.
7.    Rakus, Tamak, adalah sifat yang tidak pernah merasa cukup, ingin selalu menambah apa yang ia miliki, tanpa memperhatikan hak orang lain. Sifat ini adalah kebalikan dari Qana’ah. (al-Baqarah 96, al-Muddathir 15).

Akhlak baik terhadap sesama manusia.
Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakngnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.
1.    Kasih sayang (al-Syafaqah), adalah sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain.
2.    Persaudaraan (Ukhuwwah), selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain.
3.    Memberi nasehat tentang kebaikan.
4.    memberi pertolongan (an-Nashru) kepada orang lain agar tidak mengalami kesulitan.
5.    Menahan amarah, yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasan marah kepada orang lain.
6.    Sopan santun (al-Hilmu), sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain, baik perkataan perbuatan dan pikiran.
7.    Suka memaafkan (al-‘Afwu), terhadap kesalahan orang lain yang pernah diperbuat kepadanya.
Akhlak buruk kepada sesama manusia.
1.    Mudah marah, (al-Ghadhab), adalah kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan.
2.    Iri hati atau dengki (al-hasadu wa al-Hiqdu), adalah sifat kejiwaan seseorang yang selalu mengikinkan agar kenikmatan hidup seseorang bisa hilang.
3.    Mengadu-adu (An-namimah), adu domba, agar hubungan sosial antara satu orang dengan yang lain menjadi rusak.
4.    Mengumpat, menggunjing (al-Ghibah), adalah perilaku yang suka membicarakan keburukan orang lain.
5.    Congkak (al-Ash’aru) , perilaku yang menampakkan kesombongan, baik dari perkataan maupun perbuatan.
6.    Kikir (al-Bukhlu), tidak mau memberikan nilai materi dan jasa kepada orang lain.
7.    Aniaya (al-Dhulmu), adalah perbuatan yang merugikan orang lain atau mengambil hak orang lain.
Akhlak terhadap lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap manusia, bersumber dari fungsi manusia itu sendiri sebagai khalifah di muka bumi. Kekhalifahan mengandung pengertian, mengayomi, memelihara, membimbing, agar semua makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Pengambilan buah yang belum masak misalnya, tidak diperbolehkan, sebab hal itu sama saja tidak memberi kesempatan kepada buah untuk mencapai kesempurnaan.
Semua bentuk eksploitasi kekayaan alam yang melampau batas kewajaran, dan tidak memperhatikan lingkungan adalah bentuk perusakan dan dinilai sebagai akhlak yang buruk terhadap lingkungan. Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan terhadap diri manusia sendiri.
Masih banyak lagi perbuatan akhlak baik akhlak yang mulia maupun akhlak yang buruk,yang barangkali terlalu banyak untuk dijelaskan secara mendetail. Kita hanya mencoba mengidentifikasi akhlak tersebut dan kita klasafifikasikan kepada akhlak yang baik (mahmudah) dan akhlak yang buruk (madzmumah).


Al-Akhlak al-Mahmudah.        Al-Akhlak al-Madzmumah      
1.    al-Amanah     : jujur, dapat dipercaya
2.    al-Alifah    : disenangi
3.    al-Afwu    : pema’af
4.    Aniesatun    : manis muka
5.    al-Khairu    : baik
6.    al-Khusyu’     : tekun dan menundukkan diri
7.    al-Dhiyafah    : menghormati tamu
8.    al-Ghufran    : suka memberi maaf
9.    al-Haya’u    : malu apabila tercela
10.    al-Hilmu    : menahan diri dari ma’siyat
11.    al-Hukm bi al-‘Adli     : menghukumi secara adil
12.    al-Ikha-u    : persaudaraan
13.    al-Ihsan    : berbuat baik
14.    al-‘Iffah    : memelihara kesucian diri
15.    al-Muru’ah     : menjaga budi, berbudi tinggi
16.    al-Nadhafah    : bersih
17.    al-Rahmah    : belas kasih
18.    As-Sakha-u    : pemurah
19.    al-Salam    : sentausa
20.    Ash-Shalihat    : beramal salih
21.    al-Shabru    : sabar
22.    Ash-Shidqu    : jujur
23.    al-Syaja’ah    : berani, perwira
24.    al-Ta’awun    : tolong menolong
25.    al-Tadharru’     : merendahkan diri kepad Allah
26.    al-Tawadhu’     : merendhkan sesama manusia
27.    al-Qana’ah    : merasa cukup
28.    ‘Izzatun Nafsi    : berjiwa kuat   
        1. Ananiyyah    : egois
2. Al-baghyu    : lacur, pemberontak
3. al-Bukhlu    : kikir
4. al-Buhtanu    : dusta
5. al-Khamru    : pemabok
6. al-Khiyanah    : khiyanat
7. adh-Dhulmu    : aniaya
8. al-Jubnu    : pengecut
9. al-Fawahisy    : dosa besar
10. al-Ghadhab    : pemarah
11. al-Ghasysyu     : curang, mengurangi timbgn.
12. al-Ghibah     : mengunjing/mengumpat
13. al-Ghina     : merasa tidak perlu kpd yg lain
14. al-Ghurur     : memperdayakaan
15. Hubbuddunya     : senang kpd dunia
16. al-hasad     : dengki
17. al-Hiqdu     : dendam
18. al-Ifsad     : berbuat kerusakan
19. al-Intihar         : menjerumuskan diri/bunuh diri
20. al-Israf         : boros / berlebih lebihan
21. al-Istikbar         : takabbur, sambong
22. al-Kadzbu         : dusta
23. al-Kufran         : mengingkari nikmat
24. al-Makru         : penipuan
25. al-Namimah         : adu domba
27. Qathlun Nafs : membunuh
28. al-Riba         : memakan riba, rentenir
29.    al-Riya’        : mencari muka
30.    al-Sikhriyah         : berolok-olok
31.    al-Sariqah         : mencuri
32.    as-Syahawat : mengikuti hawa nafsu
33.    al-Tabdzir         : menyia-nyiakan
       

Pembentukan Akhlak.
Pembentukan akhlak sama artinya dengan tujuan pendidikan, dimana tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Pendidikan sering dibarengai dengan pengajaran (al-Tarbiyah wa al-Ta’lim). Pengajaran diartikan sebagai mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam juga identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu untuk menjadikan hamba Allah yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam
Pembentukan akhlak adalah usaha secara sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Dengan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi yang ada pada manusia , akal, nafsu, fitrah, hati nurani dapat dibina secara optimal.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam, tentang keimanan dan pelaksanan rukun iman dan rukun Islam. Bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.
Pembinaan akhlak dalam Islam juga dapat ditempuh sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Bahkan pendidikan akhlak juga bisa dimulai ketika kita memilih jodoh. Cara yang lain adalah dengan memberi ketelaadanan.

Faktor  yang mempengaruhi pembentukan akhlak.
Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, khususnya dalam pendidikan, ada beberapa aliran yang populer.
Aliran Nativisme : adalah faktor pembawaan, yang berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Faham ini dengan aliran intuisi.
Aliran empirisme : adalah faktor dari luar yang berupa lingkungan sosial, termasuk pendidikan yang diberikan.
Aliran konvergensi : adalah gabungan antara nativisme dan empirisme, selain bakat / potensi internal, yaitu pembawaan si anak juga dibutuhkan faktor dari luar berupa pendidikan yang dibuat secara khusus. Potensi yang ada di dalam dibina secara intensif melalui berbagai metode.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu faktor fisik, intelektual dan hati (ruhani) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adaah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan terbentuk pada diri anak. Dan inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.

Manfaat akhlak mulia :
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia, yang akan membawa kebahagiaan bagi individu dan sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya, maka sesungguhnya tujuan dari akhlak mulia itu sendiri adalah untuk kepentingan diri pribadi manusia itu sendiri, yaitu :
1.    kesempurnaan agama
2.    mempermudah hisab
3.    menghilangkan kesulitan.
4.    selamat dunia akhirat.

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Footer Widget 3

Visitors

new

new
satu

Label

Blogger Tricks

Blogger Themes

Resource

Site Map

Advertise

Moto GP News

Football News

Formula 1 News

Link List

Powered By Blogger

Sport News

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

About Me

Foto saya
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Mengenai Saya

Foto saya
trenggalek, jawa timur, Indonesia
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Followers

Basketball News

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost