Rabu, 25 Januari 2012

hakikat syukur

Syukur secara lughawi dari kata syakara– yaskuru yang berarti berterima kasih. Adapun penjelasan lain bahwa syukur adalah ketika kita memberi (membalas) atas pemberian yang lain kepada kita dengan memberikan lebih daripada pemberian orang lain tersebut. Sebagai gambaran sederhana misalnya unta adalah binatang yang bisa berjalan jauh walaupun diberi minum hanya sedikit saja, diberi sedikit tapi bisa memberi manfaat yang banyak , maka unta itu disebut sebagai syakaratin naqah (unta yang bersyukur/berterima kasih). Atau juga seperti pohon kurma walaupun pohon itu tumbuh di gurun pasir dan hanya sedikit mendapatkan air, tapi bisa memberikan buah yang banyak, daun dan pohonnya pun berguna bagi keperluan manusia lainnya maka pohon kurma itu disebut juga syakaratis syajarah (pohon yang bersyukur/berterima kasih).
Allah swt, di dalam al-Quran mempunyai nama as-Syakur, karena dengan as-Syakur ini, Allah swt senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia kepada hamba walaupun hamba-Nya sedikit dalam beribadah.
Oleh karena itu, syukur merupaka tingkatan paling tinggi dari seorang hamba, bahkan syukur ini bukan hanya berlaku di dunia saja tapi sampai ke dalam syurga, berbeda dengan sabar, sabar berlaku di dunia saat di alam kubur (penantian), di alam mahsyar, dan saat meniti shirat tapi tidak sampai masuk ke dalam syurga. Karena di dalam syurga sudah tidak akan ada lagi sabar dalam menghadapi mushibah, tidak akan menemukan lagi sabar menghindari maksiat dan sabar dalam taat, yang ada hanya rasa syukurnya seorang hamba telah mendapatkan maghfirah dan karunia Allah swt di dalam syurga itu. Bahkan syukur merupak nafas dari para ahli syurga. Sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran: “Da’waahum fiiha subhaanaka allohumma watahiyyatun fiiha salaamun wa akhiru da’wahum fiiha anilhamdulillahi rabbil’aalamiin.” "Doa mereka di dalam syurga adalah subhaanaka allahumma dan penghormatan mereka adalah salaamun, dan akhir dari doa mereka adalah alhamdulillahirabbil’alamiin".

Digambarkan pula ketika Sayyidah 'Aisyah r.a mendapati Nabi saw tengah malam dengan kaki beliau yang menjadi bengkak dikarenakan lamanya berdiri saat melaksanakan shalat malam, lalu Sayyidah 'Aisyah berkata : “Wahai Rasulullah, mengapakah engkau sampai berpayah-payah dalam melaksanakan ibadah? Bukankah dosamu yang lalu dan yang akan datang telah diampuni?” Lalu Nabi saw menjawab: “Maka tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Sahabat, rasa syukur memang sulit dicapai kecuali dengan pertolongan dari Allah swt. Seperti yang pernah Rasulullah saw sampaikan kepada sahabat Mu’adz bahwa rasa syukur itu harus dipinta di dalam doa terutama di setiap akhir shalat fardhu dengan doa: “Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadaatika.” "Ya Allah, berikanlah pertolongan-Mu kepadaku dalam dzikirku pada-Mu (menjadi ahli dzikir.red) dan atas rasa syukurku pada-Mu dan baguskanlah ibadahku pada-Mu.”
Setidaknya ada 4 pilar syukur yang harus ditegakkan seorang hamba menurut imam Ibnul Qoyyim:
1. Sadar bahwa nikmat itu semuanya mutlaq dari Allah swt.
Pernahkah kita menghitung nikmat dari Allah? Nah, itulah kita yang jangankan untuk mensyukuri nikmat, menyadari akan adanya nikmat apalagi menghitungnya sepertinya sangat jarang kita lakukan.
Contoh sederhananya ketika kita makan, apakah kita benar-benar sadar akan nikmat dari makanan sepiring nasi? Lalu pernahkah kita mentafakuri (memikirkan) bagaimana caranya Allah swt menyampaikan nikmat sepiring nasi itu kepada kita? Subhanallah, apabila sejenak saja kita berfikir akan nikmat ini insya Allah kita akan tersungkur dan menyatakan syukur kita kepada Allah swt. Misalnya dari tiap butir nasi yang kita makan, kita tidak tahu siapa yang menyemai benihnya, siapa yang menanamnya, siapa yang memanennya, siapa yang mengolah padi jadi beras, siapa yang membawanya. Dari sebutir nasi yang sampai pada kita, tersusun rangkaian nikmat-nikmat Allah yang memudahkan kita untuk menikmatinya. Belum lagi nikmat tangan kita untuk menyuapkan nasi ke mulut, nikmat mulut, gigi, lidah, tenggorokan, usus, lambung sampai pada nikmat mengeluarkan kotorannya. Itu semua harusnya menjadikan diri kita lebih bisa merasakan dan menyadari akan nikmat Allah swt ini. Kesadaran akan nikmat Allah yang begitu banyak, begitu besar tercurah kepada kita dimulai dari helaan nafas, kedipan mata, degup jantung aliran darah dan lain sebagainya, akan menumbuhkan rasa berutang budi dan bergantung hanya pada Allah swt. Sang Pemberi Nikmat.
2. Memuji kepada Sang Pemberi Nikmat.
Memuji kepada Allah swt Sang Pemberi Nikmat ini merupakan pilar berikutnya, sebagai ungkapan hati yang bersyukur. Karena memang hakikat dari semua pujian itu sebenarnya kembali kepada Allah swt.
Para ulama menyebutkan bahwa pujian itu ada 4 jenis dan semuanya kembali kepada Allah swt:
1. Pujian Kholiq pada Kholiq (Allah pada dirinya sendiri) seperti halnya Allah menyatakan pujian ini dalam al-Quran misalkan dengan ayat “Alhamdulillahirabbil’alamin”. Segala puji bagi Allah Rab semesta alam.
2. Pujian Kholiq kepada makhluknya, termaktub dalam Qs. al-Qalam [68]:4 “Wainnaka la’alaa khuluqin ‘adzim”. "Dan sesungguhnya engkau {Muhammad} benar-benar berbudi pekerti yang luhur."
3. Pujian makhluk pada Kholiqnya (Allah), sebagai mana yang diungkapkan kita apabila mendapatkan limpahan karunia dengan mengucapkan terima kasih pada Allah atau dengan mengucapkan hamdalah dengan tulus.
4. Pujian makhluk kepada makhluk, apabila kita memuji seseorang baik dari postur tubuh atau prestasinya, namun sebenarnya kita itu sedang memuji akan karya Allah swt. Jadi hakikatnya pujian itu semuanya kembali pada Allah swt.
3. Menggunakan nikmat untuk taat kepada Pemberi nikmat (taslim).
Di saat kita mencurahkan hati, pikiran, tenaga, harta, waktu dan segala fasilitas yang kita miliki untuk taat pada Allah, itulah yang disebut bersyukur.
4. Mencintai Sang Pemberi Nikmat
Di saat kita berbuat baik terhadap kedua orang tua kita, yang terbersit dalam hati bahwa kebaikan yang kita sampaikan pada mereka ini merupakan bukti cinta kita terhadap mereka. Karena dari semenjak kita dikandung ibu, masa kanak-kanak sampai dewasa setiap harinya tidak terlepas dari kebaikan mereka.
Nah seharusnya rasa cinta seperti ini lebih besar kita sampaikan kepada Allah swt, karena orang tua berbuat baik pada kita juga itu sebenarnya Allah yang menggerakkannya. Apapun yang orang tua berikan pada kita itu juga nikmat Allah yang disampaikan melalui mereka.

Sabtu, 07 Januari 2012

ilmu kalam 05012012

ILMU KALAM

Posted on 05/01/2012

I. SEJARAH TIMBULNYA PERSOALAN-PERSOALAN
TEOLOGI DALAM ISLAM

Ketika Nabi Muhammad Saw. Mulai menyiarkan agam ajaran-ajaran Islam yang beliau terima dari Allah SWT di Mekkah, kota ini mempunyai sistem kemasyarakatan yang terletak di bawah pimpinan suku bangsa Quraiy.
Dipertengahan ke dua dari abad ke-enam Masehi, jalan dagang Timur – Barat berpindah dari Teluk Persia – Euphrat di Utara dan Laut Merah – Perlembahan Neil di selatan, ke Yaman – Hijaz – Syria.

Peperangan yang senantiasa terjadi antara kerajaan Byzantin dan Persia membuat jalan Utara tak selamat dan tak menguntungkan bagi dagang. Mesir, mungkin juga sebagai akibat dari peperangan Byzantin dan Persia, berada dalam kekacauan yang mengakibatkan perjalanan dagang melalui Perlembahan Neil tidak menguntungkan pula.
Dengan pindahnya perjalanan dagang Timur – Barat ke Semenanjung Arabia, mekkah yang terletak di tengah – tengah garis perjalanan itu, menjadi kota dagang. Pedagang – pedagangnya pergi ke Selatan membeli barang – barang yang dating dari Timur, yang kemudian mereka bawa ke Utara untuk dijual di Syria.
Dari pedagang transit ini, Mekkah menjadi kaya. Perdagangan ini dipegang oleh Quraisy dan orang-orang yang berada dan berpengaruh dalam masyarakat pemerintah mekkah juga terletak di tengah-tengah mereka. Pemerintah dijalankan melalui majlis suku bangsa yang anggota-anggotanya tersusun dari kepala suku yang dipilih menurut kekayaan dan pengaruh mereka dalam masyarakat.
Kekuasaan sebenarnya terletak dalam tangan kaum pedagang tinggi. Kaum pedagang tinggi ini, untuk menjaga kepentingan-kepentingan mereka, mempunyai perasaan solidaritas kuat yang kelihatan efeknya dalam perlawanan mereka terhadap nabi Muhammad Saw, sehingga beliau dan pengikut-pengikutnya terpaksa meninggalkan Mekkah pergi ke Yasrib di th.622-M. Sebagai mana diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw termasuk orang yang ekonominya sederhana.
Suasana di Yasrib beda dengan kota Mekkah. Kota ini bukan kota pedagang tetapi kota petani. Masyarakatnya tidak homogeen, tetapi terdiri dari orang Arab, dan bangsa Yahudi.
II. ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM

A. KAUM KHAWARIJ
Kaum khawarij terdiri ata pengikut-pengikut ‘Ali Ibnu Talib yang meninggalkan barisannya, karena tidak setuju dengan sikap ‘Ali Ibnu Talib dalam menerima arbritase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan tenteng khalifah dengan Mu’awiyah Ibnu Sufyan. Nama khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari barisan ‘Ali. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan atas ayat 100 dari surat An-nisa’, yang dalamnya disebutkan : ” ke luar dari rumah lari kepada Allah dan Rasul Nya”. Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah dari kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul Nya.

B. MURJI’AH
Sebagaimana halnya kaum Khawarij, kaum Murji’ah pada mulanya juga ditimbulkan oleh persoalan-persoalan politik, tegasnya persoalan khalifah yang membawa perpecahan dikalangan ummat Islam setelah ‘Utsman Ibnu Affan mati terbunuh. Pada mulanya kaum Murji’ah pendukung daripada kaum khawarij akan tetapi berbalik menjadi musuh besar mereka. Karena adanya perlawanan ini, pendukung yang masih tetap setia padanya semakin bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan satu golongan lain dalam Islam yang dikenal dengan nama Syi’ah. Kefanatikan golongan ini terhadap ‘Ali bertambah keras, setelah ia sendiri mati terbunuh pula. Diantara kaum Khawarij dan Syi’ah menjadi dua golongan yang saling bermusuhan.

C. QODARIAH DAN JABARIAH
Pendapat kaum Qodariah, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Dalam artian menurut faham Qodariah manusia mempunyai kemerdekaan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama Qodariah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan . Dalam istilah faham orang Inggris dikenal dengan nama free will dan free act.
Kaum Jabariah berpendapat sebaliknya, yaitu manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehandak dan perbuatannya. Manusia dalam faham ini terikat penuh pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi nama Jabariah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Memang dalam faham ini manusia mengerjakan perbuatan-perbuatannya dengan keadaan terpaksa. Dalam istilah Inggris disebut dengan fatalism atau predestionation. Perbuatan perbuatan manusia telah ditentukan oleh qada’ dan qodar Tuhan. Masyarakat Arab sebelum Islam kelihatannya dipengaruhi oleh faham jabariah ini, sehingga pada saat itu orang Arab kehidupannya bersifat serba sederhana dan jauh dari pengetahuan, dan harus menyesuaikan diri dengan suasana padang pasir,dengan panasnya yang terik serta tanah dan gunungnya yang gundul.
Dalam dunia yang demikian mereka tidak banyak melihat jalan untuk merubah keadaan sekelilingnya sebab dirinya merasa lamah dan tak berkuasa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang dihadapinya. Dalam kehidupan sehari-hari mereka bergantung pada kehendak nature. Hal ini membawa mereka pada sikap fatalistis

D. KAUM MU’TAZILAH
Kaum mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofisdaripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij dan Murji’ah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama ” kaum rasionalis Islam “.
Berbagai analisa yang dimajukan tentang pemberian nama Mu’tazilah kepada mereka. Uraian yang biasa disebut buku-buku ‘ilmu al-Kalam berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil Ibnu ‘Ata’ serta temannya ‘Amr Ibnu ‘Ubaid dan Hasan al-Basri di Basrah. Wasil selalu mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan Hasan al-Basri di mesjid Basrah. Pada suatu hari dating seorang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang berdosa besar. Sebagai diketahui kaum Khawarij memandang mereka kafir, sedangkam kaum Murji’ah memandang mereka mukmin. Ketika Hasan al-Basri berfikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan mengatakan : “Saya berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah mkmin dan bukan pula kafi, tetapi mengambil posisi tengah-tengah. Kemudian ia berdiri dan menjauhkan diri dari Hasan al-Basri pergi ketempat lain di masjid, disana ia mengulangi pendapatnya. Atas peristiwa ini Hasan al-Basri mengatakan : “Wasil menjauhkan diri dari kita (I’tazala’anna)”. Dengan demikian ia serta teman-temannya, kata al-Syahrastani, disebut kaum Mu’tazilah.

E. AHLI SUNNAH DAN JAMA’AH
Term ahli Sunnah dan jama’ah ini kelihatannya timbul sebagai reaksi terhadap faham-faham golongan Mu’tazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terdapat sikap mereka dalam menyiarkan ajaran-ajaran itu. Mulai dari wasil usaha-usaha mereka telah dijalankan untuk menyebarkan ajaran-ajaran itu, disamping usaha-usaha yang dijalankan dalam menentang serangan musuh-musuh Islam.

Footer Widget 1

Footer Widget 3

Visitors

new

new
satu

Label

Blogger Tricks

Blogger Themes

Resource

Site Map

Advertise

Moto GP News

Football News

Formula 1 News

Link List

Powered By Blogger

Sport News

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

About Me

Foto saya
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Mengenai Saya

Foto saya
trenggalek, jawa timur, Indonesia
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Followers

Basketball News

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More