Sabtu, 05 November 2011

majalah syahid hidayatullah

“NII= Negara Intelijen Indonesia”

Al Chaidar, mantan aktivis NII (DI):
Belakangan di berbagai kota muncul kasus-kasus pencucian otak. Kabarnya, pencucian otak itu dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia (NII).
Padahal banyak pengamat mengatakan, masalah NII atau Darul Islam DI sudah selesai sejak Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo ditangkap dan diadil pada 1962.
Tetapi mengapa belakangan isu NII mencuat kembali? Yang aneh, NII yang awalnya sarat dengan nilai-nilai Islam kini berganti dengan isu menakutkan. Dan, mengapa pula kasusnya tak pernah ada penyelesaian? Padahal korban dan saksi banyak. Adakah isu NII ini memang dipelihara untuk merusak citra Islam dan siapa di balik semua itu?
Kali ini Suara Hidayatullah mewawancari Al Chaidar, mantan aktivis NII dan penulis buku Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo. Berikut petikannya.
Sebenarnya apa bedanya halaqah NII dengan halaqah lain?
Beda. Kalau NII itu kesannya agak subversif. Misalnya tentang keburukan Pancasila, keburukan Proklamasi, dan keburukan Soekarno. Itu semua memakai justifikasi al-Qur’an dan Hadits. Kemudian ada tahap-tahap. Kalau pada tahap tilawah boleh bertanya, tapi kalau pada tahap tazkiyah dan tahap ta’lim tidak boleh banyak bertanya.
Benarkah istilah cuci otak sebagaimana diberitakan banyak media?
Istilah cuci-otak mungkin istilah orang awam. Tapi dalam bahasa agama itu disebut tazkiyah atau ‘proses membersihkan diri’. Misalnya dibersihkan dari pengaruh dan pandangan kapitalisme, sekularisme, sosialisme, komunisme, dan ideologi lain. Di dalam tahap inilah dimasukkan ajaran menyesatkan yang sebenarnya tak pernah diajarkan dalam ajaran NII yang asli.
Yang disebut menyesatkan itu bagaimana?
Misalnya begini, saat ini disebut masih zaman Makkah, belum Madinah. Dengan kata lain, kalau di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, belum ada perintah shalat. Nah, ini menyesatkan. Karena itu, ibadahnya masih mencari sumbangan, menarik infak.
Apakah benar di NII diajarkan paham bahwa sekarang belum periode Madinah, sehingga mencuri dianggap sebagai harta rampasan?
Ya. Alasannya karena belum turun ayat-ayat mahkamat (belum diberlakukan hukum). Macam-macam, kadang dibolehkan berzina, nanti menerjemahkan ayat lain menganggap orang tua kafir.
Tetapi mengapa sampai ada banyak laporan orang tua kehilangan anak? Hubungannya apa?
Benar. Itu ada tafsir dari al-Qur’an surat Al Mumtahanah {60} ayat 1 yang artinya “Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhan-mu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku. Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih Mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
Ayat ini ditafsirkan sebagai larangan bercerita kepada siapa saja, termasuk orang tua. Jika mengingkari ada ancaman. Ini komitmen untuk tak menyampaikan pemahaman, kegiatan, dan kelompoknya pada siapapun. Bahkan atasan-atasan mereka dipandang sebagai rasul. Makanya dulu ada lembaga yang menyebut dirinya sebagai lembaga kerasulan. Menurut saya. ini sebuah ajaran ektrim yang tujuannya menjelek-jelekkan NII asli.
Kenapa Anda sebut menjelek-jelekkan NII? Apa beda NII yang sekarang dengan NII awal yang didirikan S.M. Kartosoewirjo?
Sangat berbeda. DI/TII Kartosoewirjo adalah sebuah cita-cita negara yang baik, maunya tanpa dosa. Meskipun pasti saja ada dosa, pelanggaran, dan maksiat. Tapi cita-citanya mulia.
Emha Ainun Najib di sebuah media pada tahun 95-an mengatakan, “Dengan Negara (sekuler, red) saya setuju, apalagi ada embel-embel Islam”. Maksudnya, segi istilahnya saja sudah baik, islami, tapi mengapa sekarang menyebut saja orang takut?
Benar, konsep awal NII sangat baik dan sangat islami. Bahkan menurut saya itu perlu diperjuangkan. Soal akhirnya mejadi semacam momok, saya kira inilah keberhasilan intelijen. Cerita-cerita kegiatan NII melakukan penculikan, pencurian, dan lain-lain sengaja digalang intelijen dan dimunculkan ke publik. Padahal kegiatan-kegiatan itu dilakukan NII KW/IX yang merupakan unit binaan intelijen. Jadi mereka sendiri yang mempropagandakan kegiatan jelek untuk memprovokasi Islam itu sendiri.
Memang apa tujuannya?
Mereka tak ingin orang-orang Islam menggalang banyak orang. Sebab itu akan memotong akar idiologi Pancasila. Karena itulah, untuk menghalangi ide NII asli dibuatlah NII paslu yang banyak diberitakan melakukan perampokan, isu-isu penculikan dll.
Bisakah aktivis NII memperjuangkan nilai Islam tanpa dituding miring?
Proses perubahan kekuasaan paling cepat ya dengan revolusi. Tapi bisa saja, namanya proses evolusi atau revolusi damai. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan Makkah dengan seruan, “Siapa yang masuk rumah Abu Sofyan selamat, dan yang masuk Baitullah juga selamat.” Jika ada sebagian teman NII yang lebih memilih jalan kekerasan, karena mereka tidak sabar. Padahal, kalau mereka sabar dalam berdakwah, dengan banyak merekrut orang, suatu saat bisa berdemo di depan Istana dan menyatakan bisa mengganti dasar negara dengan dasar Islam. Lalu mengatakan, “Siapa yang masuk Istana selamat, yang masuk Istiqlal juga selamat”. (tertawa)
Mungkinkah anggota NII menegakkan nilai NII secara resmi tanpa diawasi dan diterima secara hukum?
Saya jamin bisa. Dulu kita aktivis DI muda memiliki 4 program. Pertama, transformasi dari kekerasan menuju non kekerasan. Kedua, dari bawah tanah menuju ke atas tanah (terbuka). Ketiga, dari yang tidak akuntabel menuju akuntabel. Karena ada kewajiban pada umat yang harus dipertanggungjawabkan. Dulu banyak yang tertutup. Keempat, dari anti-demokrasi menuju menerima demokrasi. Yang terakhir ini yang banyak ditolak.
Paling tidak, yang keempat itu bisa dari anti-demokrasi menuju tidak anti demokrasi. Itu saja sudah cukup, tanpa harus mengubah diri menjadi partai politik. Ini penting, agar tak ada lagi rasa memusuhi teman-teman di partai, termasuk partai Islam. Alhamdulillah, proses ini bisa diterima. Sejak diperkenalkan 1998, proses ini terus berlangsung. Makanya fraksi kekerasan sudah mulai berkurang.
Memang ada berapa fraksi di tubuh NII?
Awalnya dua, lalu sempat pecah sampai 38 faksi. Sekarang cuma 14 faksi dan malah banyak terjadi integrasi (bergabung).
Isu NII sudah lama, mengapa pemerintah membiarkan saja?
Dalilnya begini; apabila isu NII palsu terus dibiarkan, setidaknya itu bisa menguntungkan pemerintah. Makanya tidak diberantas. Semakin banyak isu kasus pencucian otak, diharapkan banyak masyarakat kapok pada Islam atau pengajian. Jika banyak orang kapok pada Islam, diharapkan banyak orang kembali pada ibu pertiwi atau Pancasila.
Melalui NII palsu ini selalu ada daya kontrol. Jika Islam kuat, isunya dimunculkan lagi, selalu begitu. Jadi akhirnya kesan di masyakat sekarang kan gini, NII yang sekarang ini diplesetkan menjadi Negara Intelijen Indonesia. Ha..ha… Jadi mudah-mudahan masyarakat paham, tak semua NII begitu. Itu hanya satu faksi saja.* Cholis Akbar/Suara Hidayatullah, JUNI 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Footer Widget 3

Visitors

new

new
satu

Label

Blogger Tricks

Blogger Themes

Resource

Site Map

Advertise

Moto GP News

Football News

Formula 1 News

Link List

Powered By Blogger

Sport News

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

About Me

Foto saya
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Mengenai Saya

Foto saya
trenggalek, jawa timur, Indonesia
Meraih Sukses dengan Menjadi Kreatif, Menjadi sukses adalah tujuan hidup bagi sebagian besar orang. Salah satu modal untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjadi individu yang kreatif. Dengan kreatifitas yang dimiliki seseorang disertai dengan pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam mengembangkan kreatifitas tersebut, Kesuksesan bisa dicapai. Ada beberapa langkah awal yang dapat diambil untuk mencapai kesuksesan dengan memanfaatkan ide kreatif yang Anda miliki, diantaranya:

Followers

Basketball News

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost